Total Tayangan Halaman

Tanya jawab tentang ilmu tajwid, ilmu qiraat tujuh, dan rasm utsmani, kirim sms ke 081387971075 atau email heru1906@gmail.com
LEMBAGA PENDIDIKAN BAHASA DAN AL-QURAN (LPBA) JAMIAT KHEIR

Jl. K.H. Mas Mansyur No.17 (di seberang Masjid Bersejarah Al-Makmur Tanah Abang Jakarta Pusat)

Menyelenggarakan kursus bahasa Arab dan Membaca Al-Quran
Setiap Hari Minggu Pagi Pukul 09.00 s.d. 11.00 WIB

BEBAS BIAYA BELAJAR

SEGERA DAFTARKAN DIRI ANTUM, KERABAT, SAHABAT, DAN ORANG TERDEKAT ANTUM

(Mau menonton TV Online... di halaman paling bawah)

Senin, 11 April 2011

Hukum Membaca Isti'adzah

Hukum Membaca Isti'adzah
Oleh Heru Susanto Abu Muhassin




Dalam kitab "Irsyadatu Al-Jaliyyah fi Qiraati As-Saba' min Thoriqi Asy-Syatibiyyah" karya Dr. Muhammad Salim Muhaisin, dikatakan bahwa pembahasan Bab Isti'adzah terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Hukum membaca isti'adzah
2. Susunan kalimat isti'adzah
3. Tata cara membaca isti'adah

Hukum Membaca Isti'adzah
       Sepakat para ulama, bahwasanya membaca isti'adzah itu dituntut bagi orang yang membaca Al-Quran. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai tuntutan ini, apakah tuntutan ini wajib atau sunnah.
Mayoritas pendapat ulama dan ahlul ada' bahwa tuntutan membaca isti'adzah itu sunnah. Mereka berkata, "Sesungguhnya membaca isti'adzah itu disunnahkan ketika hendak membaca Al-Quran." Mereka membawa perintah dalam firman Allah,
فإذا قرأت القرأن فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم
"Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS. 16 : 98) Maka apabila pembaca tidak membaca isti'adzah ketika hendak membaca Al-Quran maka tidak berdosa.

Sebagian pendapat ulama bahwa tuntutan membaca isti'adzah itu wajib. Mereka berkata, "Sesungguhnya membaca isti'adzah itu diwajibkan ketika hendak membaca Al-Quran." Mereka membawa perintah dalam firman Allah seperti yang telah disebutkan di atas,
فإذا قرأت القرأن فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم
"Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS. 16 : 98) Maka apabila pembaca tidak membaca isti'adzah ketika hendak membaca Al-Quran maka berdosa.

Ibnu Sirin (salah satu dari ulama yang berpendapat wajib) berkata bahwa apabila seorang pembaca Al-Quran telah membaca isti'dzah sekali saja dalam hidupnya, maka telah gugurlah kewajibannya membaca isti'adzah pada tiap-tiap hendak membaca Al-Quran.

Susunan Kalimat Isti'adzah
       Imam Tujuh memilih susunan kalimat isti'adzah yang tertera dalam Al-Quran surah An-Nahl ayat 98, yaitu :
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
Namun tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ahlul ada' mengenai diperbolehkannya selain kalimat ini, baik dikurangi susunan kalimatnya, contoh (أعوذ بالله من الشيطان), 
atau ditambahkan susunan kalimatnya, contoh 
(أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم).  
Susunan-susunan kalimat tersebut datangnya dari Imam Qiraat.

Tata Cara Membaca Isti'adzah
       Riwayat Imam Nafi', membaca isti'adzah dengan sirr (pelan) pada seluruh surah Al-Quran. Riwayat Kholaf dari Imam Hamzah, membaca isti'adzah dengan jahr (nyaring) khusus pada awal surah Al-Fatihah, dan membaca isti'adzah dengan pelan di surah-surah selain Al-Fatihah. Riwayat Khollad dari Imam Hamzah, membolehkan membaca dengan sirr atau jahr pada seluruh surah Al-Quran.

Akan tetapi yang terpilih bagi Imam Ashim dan Imam-imam yang lainnya membaca isti'adzah dengan suara jahr pada tempat-tempat tertentu dan dengan suara sirr pada tempat-tempat tertentu lainnya.
Dengan suara sirr (pelan) pada tempat-tempat berikut :
1. Apabila pembaca membaca dengan pelan seperti suara berbisik baik dalam keadaan sendirian dalam kamar atau dalam suatu majlis (tempat yang ramai).
2, Apabila pembaca seorang diri baik akan membaca Al-Quran dengan suara nyaring atau pelan.
3. Apabila dalam keadaan sholat baik sirr atau jahr (sendirian atau jama'ah, menjadi imam atau ma'mum).
4. Apabila membaca dalam jama'ah tadarus Al-Quran bukan sebagai pembaca pertama.
Selain pada empat tempat ini membaca isti'adzah diharapkan dengan jahr (nyaring).


Apabila pembaca akan membaca awal surah 'kecuali surah Bara'ah (At- Taubah)', dan isti'adzah itu disambung dengan basmalah, maka pembaca boleh membaca dengan empat cara berikut ini :
1. Qath'ul Jami', berhenti pada isti'adzah, kemudian berhenti pada basmalah, baru membaca awal surah.
2. Qath'ul Awwal wa Washluts Tsani bits Tsalits, berhenti pada isti'adzah, sedangkan basmalah disambung dengan awal surah.
3. Washlul Awwal bits Tsani wa Qath'uts Tsalits, menyambung isti'adzah dengan basmalah dan berhenti pada basmalah, baru kemudian membaca awal surah.
4. Washlul Jami', menyambung isti'adzah dengan basmalah dan awal surah dengan satu tarikan nafas.


Apabila pembaca akan membaca awal surah Bara'ah (At- Taubah), maka boleh membaca dengan dua cara berikut ini :
1. Berhenti pada isti'adzah, kemudian mulai membaca awal surah tanpa basmalah.
2. Menyambung isti'adzah dengan awal surah tanpa basmalah.

Apabila terjadi sesuatu hal yang mendadak di tengah-tengah bacaan seperti batuk atau bersin ataupun suatu pembicaraan namun masih ada hubungan atau kaitannya dengan bacaan Al-Quran (seperti sedang mengajar bacaan Al-Quran) maka pembaca bersangkutan tidak perlu lagi mengulangi membaca isti'adzah.

Berbeda halnya jika pembaca menghentikan bacaannya karena suatu pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan bacaan Al-Quran walaupun untuk menjawab salam umpamanya, maka pembaca bersangkutan seketika itu diminta untuk mengulangi kembali bacaan isti'adzahnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar