Belajar Al-Quran yang Diajarkan Rasulullah SAW
Oleh : Heru Susanto Abu Muhassin
Almarhum Tubagus Rafiudin (adik KH. Tubagus Mansur Ma'mun dari Serang) Rahimahumallah, dalam talaqqinya ketika beliau masih hidup, beliau pernah berkata kepada penulis dan murid-muridnya yang lain, "Ada 3 cara belajar Al-Quran yang wajib dilaksanakan bagi seseorang dalam mempelajari ilmu Al-Quran yaitu; talaqqi, musyafahah, dan istimroron".
Talaqqi berarti bertemunya seorang murid dengan sang guru. Artinya dalam proses belajar Al-Quran, seorang murid harus memiliki guru, guru merupakan sumber dan pusat belajar (center learning). Hal ini untuk menjaga sanad yang suci (layaknya hadits shohih, sanadnya harus bersambung dan sampai kepada Rasulullah SAW). Belajar atau mengajar Al-Quran tanpa guru dikhawatirkan akan terjadi kedustaan dalam mendapatkan atau menyampaikan informasi. Karena ilmu ini bersumber dari Rasulullah dari Jibril dari Allah SWT, maka perlu diwariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi melalui sanad atau proses pembelajaran yang terencana, utuh, matang, serius, sungguh-sungguh, jujur dan ikhlas karena Allah SWT.
Setelah murid bertemu dengan sang guru, tentu saja mereka tidak tinggal diam tanpa adanya komunikasi atau interaksi (musyafahah). Idealnya, bertemunya murid dengan guru akan menimbulkan komunikasi dua arah, ketika sang guru memberikan penjelasan mengenai suatu hal maka tanpa harus disuruh murid segera menyimak apa yang disampaikan sang guru, jika perlu diabadikan dalam bentuk catatan/note. Dan ketika sang guru mecontohkan bacaan salah satu riwayat, maka murid pun mengikuti bacaan yang dibaca sang guru. Begitu pula sebaliknya, ketika murid belajar membaca, maka sang guru secara otomatis menyimak dan memperbaiki bacaan murud apabila ada yang salah atau keliru.
Ketika kita belajar, idealnya tidak terhenti setelah menguasai satu atau dua materi saja. Karena pada umumnya, materi satu dengan materi yang lainnya sangat berkaitan erat, apalagi ini berkaitan dengan Al-Quran (kalam Allah yang Agung). Bisa saja terjadi, penyempurnaan materi pertama ada di materi ke sepuluh. Oleh karena itu belajar ilmu Al-Quran harus istimroron atau berkesinambungan agar materi-materinya dapat diterima secara sempurna dan utuh sehingga ketika disampaikan kembali ke orang lain masih dapat utuh pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar